Kamis, 31 Maret 2011

Photo 3









Photo 2





Photo 1





Tips memotret model

 
Seorang pemula di bidang fotografi biasanya memulai hasil fotonya dengan objek – objek yang mudah. Salah satunya menggunakan objek seorang model. Di kesempatan ini akan kita bahas sedikit tips untuk memotret seorang model. Kalau kita mendengar kata model, bayangan kita selalu pada sosok wanita yang cantik, muda dan memiliki tubuh yang bagus. Istilah ini sebenarnya salah, karena pengertian model adalah orang yang menjadi objek dalam sebuah foto. Mulai dari bayi, remaja, orang tua sampai kakek nenek. Bahkan seekor binatang pun bisa disebut model.
Untuk memotret model, pertama kita harus mempunyai sebuah kamera. Setiap jenis kamera bisa dipakai dalam pemotretan ini. Sedikit menyinggung tentang alat, untuk pemotretan seorang model idealnya memakai kamera yang lensanya bisa dilepas tukar. Sehingga dalam proses pemotretan kita dapat membuat foto close up dengan menggunakan lensa tele atau lensa zoom. Tapi kalau anda hanya mempunyai jenis kamera pocket atau hanya memanfaatkan fasilitas kamera di handphone anda, itu bukan menjadi masalah.

Untuk memotret seorang model, kita memakai teknik foto close up. Sebuah foto close up adalah foto yang menampilkan bagian tubuh si model mulai kepala sampai bagian pinggang. Selain itu juga adalah istilah ekstrem close up, yang mempunyai arti foto yang menampilkan bagian wajah si model. Bahkan bisa hanya bagian mata saja. Untuk pemotretan ekstrem close up lebih bagus kalau dilakukan dengan jenis kamera yang lensanya bisa dilepas tukar. Dan untuk topik bahasan ini, berfokus pada pemotretan close up dengan menggunakan semua jenis kamera. Karena topik ini lebih mengutamakan bagi anda yang belum paham tentang ilmu fotografi dan ingin belajar tentang teknik fotografi.


Berikut beberapa tips untuk memotret model.

KAMERA
Semua jenis kamera bisa dipakai, baik jenis digital atau konvensional (kamera film) bahkan kamera pada handphone. Apabila kamera anda memiliki fasilitas zoom, gunakan pada posisi zoom atau tele. Sehingga jarak anda dengan model yang anda potret bisa agak jauh. Dan usahakan tidak memotret dengan  lensa pada posisi wide angle (lensa lebar) khususnya untuk pemotretan close up. Karena selain jarak anda dengan model lebih dekat, pada hasil foto wajah model akan terlihat lebih lebar karena distorsi. Contoh efek distorsi bisa dilihat kalau anda berkaca di depan kaca yang berbentuk cembung.

WAKTU
Kalau anda memotret dengan memanfaatkan cahaya matahari atau diluar ruangan, waktu yang ideal untuk pemotretan adalah jam 8 – 10 pagi atau jam 3 – 5 sore. Karena pada waktu – waktu tersebut cahaya matahari masih lembut. Sehingga bayangan yang muncul di bagian bawah kelopak mata, hidung dan leher tidak terlalu keras atau lembut.





PENCAHAYAAN

Arahkan cahaya yang datangnya dari matahari di sisi kanan atau kiri model (teori pencahayaan samping). Kalau cahaya matahari masih belum keras anda bisa menempatkan model dengan menghadap sejajar arah matahari. Hal ini selama mata sang model tidak mengecil karena menahan datangnya cahaya matahari. Untuk mengantisipasi bagian wajah yang lebih gelap karena tidak terkena cahaya matahari, anda bisa menggunakan kertas putih atau kain putih yang dibentang menghadap ke arah bagian wajah yang agak gelap. Kertas putih atau kain putih berfungsi sebagai reflektor atau media pantul dari cahaya matahari. Di bidang fotografi teknik ini disebut fill in light (cahaya pengisi)

Penting : Jangan sekali-kali anda memotret model dengan posisi kamera melawan cahaya matahari (cahaya matahari dari belakang model). Karena pengukur cahaya di kamera anda akan membaca cahaya yang datangnya dari matahari bukan dari cahaya yang berada di area wajah model. Dan foto yang dihasilkan wajah model tampak gelap sementara bagian belakang model terang (siluet).



KOMPOSISI
Tempatkan model pada tengah-tengah frame kamera. Posisikan kamera sejajar dengan model. Jangan terlau rendah atau terlalu tinggi dari model. Anda bisa mengaturnya lewat jendela penglihat (view winder) di kamera anda. Pakai teori what you see what you get. Jadi apa yang anda lihat di jendela penglihat kamera anda, itu yang akan terekam di foto anda.
Untuk model yang memiliki bentuk wajah lebar atau postur tubuh yang gemuk, atur posisi wajahnya agak sedikit serong ke sisi kiri atau kanan. Jangan menghadap lurus ke arah kamera. Hal ini untuk mengurangi kesan gemuk atau lebar pada wajah model. Sehingga gambar pada foto akan terlihat salah satu sisi pipi si model sedikit ramping karena model menghadap sedikit serong ke sisi kiri atau kanan. Karena biasanya setiap model khususnya wanita ingin terlihat lebih kurus ketika difoto.

KOMUNIKASI
Biasanya orang yang kita jadikan model pada foto akan merasa kaku pada waktu pertama kali pemotretan. Untuk mencairkan suasana dan supaya si model merasa nyaman dan santai ketika kita potret, usahakan untuk mengajak si model ngobrol. Kalo perlu lakukan pemotretan dengan ngobrol-ngobrol santai. Biasanya model akan bergaya dengan santai setelah ½ jam pemotretan berjalan. Maka dari itu kalau anda memotret model dengan menggunakan kamera film, ½ jam pertama anda memotret dengan kamera tanpa film. Tapi anda berlagak seakan-akan tetap motret memakai film. Setelah anda merasa model sudah rileks dan pose-posenya mulai bagus, baru anda isi kamera anda dengan film. Hal ini dilakukan untuk menghindari film yang terbuang sia-sia karena foto yang dihasilkan kurang bagus. Tapi jangan lupa, lakukan hal diatas tanpa sepengetahuan si model. Sementara untuk kamera digital tidak masalah. Karena file-file yang tidak terpakai bisa dihapus.

Penting : Ketika pada waktu pemotretan ada pose atau gaya model yang kurang bagus,jangan sekali-kali anda berkata “jelek” pada model. Anda bisa mengganti dengan kalimat “Tolong pose lain dong, yang itu tadi sudah…”. Secara psikologis kalau anda mengatakan pose yang ditampilkan si model jelek dengan mengatakannya secara langsung pada si model, model akan merasa kurang percaya diri untuk berpose lagi. Bahkan dia bisa kehilangan mood-nya. Intinya apapun pose yang ditampilkan si model anda bilang bagus, meskipun anda kurang suka. Dengan cara itu si model akan merasa pede dan pose-posenya semakin bagus.
 


Teknik Memotret Model Di Luar Ruangan

Untuk memotret model di luar ruangan, ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan oleh para fotografer pemula, antara lain :

1. Gunakan kamera pada posisi ZOOM agar model bisa berada agak jauh dari anda.

2. Jangan menggunakan lensa pada posisi Wide Angle ( lensa lebar ) karena ada akan efek distorsi, model terlihat lebih lebar.

3. Bila memotret model di luar ruangan, usahakan mencari waktu saat sinar matahari masih soft ( 8-10 pagi hari atau 3-5 sore hari ). Hal ini ditandai dengan bayangan di bawah kelopak mata atau hidung serta leher tampak lembut.


4. Gunakan teknik pencahayaan samping, dimana cahaya datang dari sisi kiri atau kanan model.

5. Untuk mengantisipasi sisi model yang tidak terkena cahaya, anda bisa menggunakan teknik fill in light (cahaya pengisi). Teknik fill in light yang sederhana adalah menggunakan kertas putih atau kain putih sebagai reflektor ( media pantul cahaya matahari )

6. Untuk model dengan ukuran tubuh sedang, posisikan kamera pada tengah tengah frame serta tingginya sejajar dengan model.

7. Untuk model dengan ukuran tubuh lebih gemuk atau lebar, usahakan mengambil posisi agak serong kira atau kanan agar model terlihat lebih kurus.

8. Untuk pemotretan model luar ruangan, pilihkan lokasi yang tidak begitu rame dan latar belakang yang lembut sehingga model menjadi tampak dominan. Pemilihan warna background pun diusahakan menghindari warna merah karena warna ini cenderung membuat warna kulit lebih pucat atau bahkan kebiru – biruan.

9. Penjiwaan oleh model sangatlah penting karena akan mempengaruhi aura dari foto yang dihasilkan, usahakan membuat model merasa nyaman dan rileks, umumnya ini akan didapat setelah 30 menit pemotretan.


10. Komunikasi yang baik penting dilakukan agar model tidak kehilangan mood, seperti menyampaikan pose yang kurang bagus, sebaiknya dibangkitkan saja rasa percaya diri sang model dengan berkata “Ok..”, “Bagus..”, “Great.. next pose please… ”

Memilih Camera Digital SLR Untuk Pemula

 

Sebagai seorang yang awam di bidang fotografi, untuk memulai memasuki dunia ini terasa sangat asing dan penuh dengan istilah – istilah baru. Adalah suatu hal yang wajar bila kita berhadapan dengan berbagi istilah – istilah baru bagi para pemula, namun dukungan dunia blog sangat terasa dalam membimbing kita memasuki dunia ini.
Senjata utama bagi seorang fotografer adalah camera tentunya dan pemilihan camera yang tepat mutlak diperlukan bagi para pemula seperti saya ini. Berbagai pertimbangan pun muncul dalam pemilihan camera yang tepat, seperti pertimbangan masalah harga, kemudahan penggunaan, hasil jepretan, purna jual, dll.
Sebagai seorang pemula seperti saya pertimbangan utama adalah harga dan kemudahan penggunaan, pertimbangan yang lain mungkin bisa ditempatkan pada prioritas berikutnya.
Ada beberapa product yang saya bandingkan :

A. Harga <== Hasil googling sana sini dan telp sana sini
1. Nikon D40 = Rp. 5.000.000,-
2. Canon 400D = Rp. 5.500.000,-
3. Nikon D60 = Rp. 6.250.000,-

B. Hasil jepretan ( dari sisi besar pixel gambar )
1. Nikon D40 = 6 MP
2. Canon 400D = 10 MP
3. Nikon D60 = 10 MP

C. Hasil jepretan ( dari sisi tajam gambar ) <== hasil baca di forum – forum
1. Nikon D40 = Jernih dan bening
2. Canon 400D = Soft
3. Nikkon D60 = Jernih dan bening

D. Kemudahan pengoperasian <=== hasil baca di forum – forum
1. Nikon D40 = Agak sulit katanya :D
2. Canon 400D = Mudah terutama bagi newbie
3. Nikon D60 = Agak sulit katanya :D
Dari pertimbangan diatas, akhirnya saya memutuskan memilih Camera Digital SLR Canon EOS 400D. Kalau ditanya kenapa ? Mungkin faktor budget yang lebih berperan dengan sedikit analisa tentang output yang didapatkan adalah gambar dengan pixel sebesar 10 MP.
Mungkin hal ini terdengar lucu terutama bagi para senior fotografer, tapi itulah realita yang dihadapi oleh para newbie.

Rabu, 30 Maret 2011

Panoramic Photography untuk Pemula

Ok… Seperti yang tertera pada judul, kita akan membahas apa yang disebut sebagai panoramic photography. Asal kata panoramic sebenarnya diambil dari kata “panorama” yang berarti pandangan yang luas atau lebar dari suatu landscape atau representasi ruang tertentu. Kriteria luas atau lebar tersebut sebenarnya bergantung dari sudut pandang mata kita (angle), bukan dari luasnya objek yang tercakup dalam pandangan kita. Jika diistilahkan, maka panoramic itu dihasilkan dari wide-angle, bukan wide-area.

Dalam dunia fotografi sendiri, hasil pencitraan panoramic sebenarnya sudah difasilitasi dengan adanya wide-angle lens dan variannya, seperti fish-eye lens (menghasilkan efek pencitraan yang bulat/spherical seperti mata ikan :D ), yang memang didesain sedemikian rupa agar lensa tersebut dapat menerima citra dari angle yang luas. Namun, kriteria lebar atau luasnya sendiri sebenarnya sangat relatif, belum ada ketentuan khusus mengenai besar sudut minimum bahwa suatu lensa bisa disebut sebagai wide-angle lens atau tidak. Karena setiap lensa pasti mempunyai angle maksimum tertentu, hanya saja besarannya berbeda-beda. Tapi memang kebanyakan orang akan menyebut suatu lensa itu sebagai wide-angle lens jika wide-anglenya relatif lebih besar dibanding lensa-lensa pada umumnya.

Secara garis besar, ada dua (2) cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan panoramic image. Cara yang pertama adalah dengan menggunakan fixed-lens, lensa yang digunakan tentunya adalah yang mempunyai angle-view yang lebar atau luas yaitu wide-angle lens. Cara ini relatif lebih mudah karena hanya memanfaatkan wide-angle-view dari lensa, sehingga kita bisa menghasilkan panoramic image hanya dengan single-shot atau satu kali jepretan saja. Tapi cara ini mempunyai keterbatasan, yaitu dari segi angle-viewnya yang pasti ada nilai maksimumnya. Angle-view yang paling maksimal dicapai oleh wide-angle lens adalah dari jenis fish-eye lens, dengan wide-angle mencapai 180 derajat. Ada lagi keterbatasannya, terutama jika kita kebetulan tidak diberi kelebihan dalam hal finansial, karena lensa-lensa jenis ini relatif sangat mahal harganya :D . Lalu, ada cara kedua yang sebenarnya diilhami dari image hasil jepretan menggunakan wide-angle lens, yaitu rotation. Nah, cara kedua inilah yang akan kita bahas lebih lanjut berikutnya.
Rotation method untuk menghasilkan panoramic image merupakan salah satu teknik composite photography (pengolahan digital image menggunakan lebih dari satu image). Idenya adalah dengan memutar sudut pengambilan image sampai sudut tertentu yang diinginkan. Frekuensi shutter per satu range sudutnya bebas, asal dengan ketentuan image-image yang dihasilkan harus beririsan satu sama lain. Misal, jika kita menginginkan hasil akhir anglenya 180 derajat dengan composite 6 image, berarti masing-masing sudut pengambilan image berselang lebih kurang sekitar 30 derajat. Nah, image-image itulah yang akan digabungkan menjadi panoramic image menggunakan teknik yang disebut sebagai stitching. Satu lagi yang perlu diingat, bahwa yang diputar hanyalah sudut pengambilan imagenya, jadi posisi kamera tidak berpindah.

Untuk lebih jelasnya, saya akan memberikan contoh bagaimana panoramic image dihasilkan secara step by step. Untuk itu, ada beberapa persiapan yang diperlukan, antara lain:
1. Kamera (wajib)
Ini adalah kamera yang saya gunakan:




2. Tripod atau stativ (wajib), agar posisi kamera statis. Model tripod yang diwajibkan adalah yang bisa diputar 360 derajat ke arah samping kiri-kanan.
Ini adalah tripod yang saya gunakan:


Tripod Velbon Mini CX





3. Stitcher software (wajib), yang saya gunakan adalah Sticher Unlimited 5.5. Aplikasi ini berfungsi untuk menggabungkan (stitching) beberapa file image menjadi panoramic image.
3. Software pengolah digital image, seperti Photoshop (opsional), untuk pengolah hasil akhir panoramic image.
Berikut adalah rangkaian image yang saya hasilkan menggunakan teknik pengambilan image seperti yang telah kita bahas sebelumnya:


Seperti yang terlihat pada rangkaian image di atas, bahwa saya menginginkan angle-view dari panoramic image yang dihasilkan nantinya adalah sebesar 360 derajat (karena diputar hingga posisi awal).
Kemudian saya lakukan stitching menggunakan Stitcher Unlimited 5.5. Tidak ada trik khusus dalam menggunakan aplikasi ini, yang saya lakukan hanya memanfaatkan menu standar yang ada. Load Images -> Automatic Stitch -> Equalize All Images -> Render. Untuk render saya pilih yang Cylindrical Image karena hasil akhir yang saya inginkan adalah panoramic image yang terkesan memutar 360 derajat. Sebelumnya, ada yang perlu diperhatikan, bahwa dalam proses stitching dari rangkaian image hasil rotasi pasti ada “distorsi” terhadap bidang horisontal. Maksudnya, panoramic image yang dihasilkan akan melengkung. Hal ini wajar, karena image yang seharusnya tampak perspektif, kita paksa agar tampak “flat“. Untuk mengurangi besar kadar distorsi ini, “denger-denger” sebaiknya kita menggunakan lensa dengan focal length yang normal, yaitu 50mm. Tapi tidak perlu terlalu khawatir juga, karena panoramic image hasil stitching masih bisa kita potong menggunakan image editor seperti Photoshop.
Berikut hasil jadi panoramic image yang dihasilkan:


Pemanfaatan panoramic photography sendiri bermacam-macam sebenarnya. Ada yang hanya sekadar dijadikan satu karya fotografi dengan efek unik (panoramic effect termasuk unik), atau ada juga yang memanfaatkannya sebagai panoramic film. Sebagai contoh, di sini akan saya berikan hasil iseng-iseng saya membuat flash .swf dan mockup java ME dengan memanfaatkan panoramic image hasil stitching. Untuk file flash .swf, bisa dibuka di sini. Dan untuk file .jar nya java bisa diambil di sini, tapi belum tested di device sebenarnya, jadi mohon maaf jika nanti programnya tidak berjalan dengan baik atau membuat “ngehang” :D . Bagi yang ingin meminta source code nya, mohon japri saja. Oh iya, program javanya hanya terbatas pada device dengan dimensi layar 320x240pixel saja. Semoga bermanfaat dan tetap semangat. :D

Enam Panduan Penting Bagi Photographer Pemula

Mungkin setiap orang dapat memotret. Tidak susah, hanya tinggal membidik, tekan tombol, dan jadi. Bahkan di era kamera digital ini kita dapat menghapus seandainya foto tersebut kurang bagus dan mengambil foto lain, berbeda dengan jaman kamera analog dulu. Tapi untuk dapat memotret dengan baik, tentu saja ada teknik-teknik tertentu yang harus kita pelajari dan ikuti.
Berikut ini adalah 6 hal non-teknis yang perlu kita ketahui untuk dapat semakin meningkatkan kualitas foto hasil jepretan kita.
1. Bawalah selalu kamera anda.
Salah satu alasan kenapa orang banyak kehilangan momen penting adalah karena mereka tidak membawa kamera saat momen itu terjadi. Tidak pelu membawa kamera berat yang lengkap dengan segala peralatannya, kamera saku digital sudah cukup bagus untuk selalu dibawa kemanapun anda pergi. Dan juga dengan membawa kamera di saku anda, anda akan selalu tertarik untuk melakukan pemotretan. Tentunya anda tidak ingin hanya membawa kamera di saku anda tanpa melakukan sesuatu bukan?
2. Potret lagi dan lagi.
Jangan ragu untuk selalu memotret, karena anda tidak pernah akan pernah cukup melakukan pemotretan. Ken Rockwell, salah satu photographer profesional, menyatakan bahwa ia sudah mengambil sekitar 30.000 photo dengan Nikon D3 dan 20.000 foto dengan Nikon D700, belum termasuk foto-foto lainnya dengan kamera lain. Ia terus berlatih dan berlatih untuk menuju kesempurnaan hasil jepretannya. Tidak ada ruginya melakukan puluhan foto untuk 1 obyek tertentu, toh anda tinggal menghapusnya nanti.
3. Percayalah pada mata.
Hanya anda yang bisa mengetahui apakah obyek tertentu akan bagus untuk di abadikan atau tidak. Anda bisa saja belajar teknik-teknik tertentu, tapi akhirnya semua akan kembali pada anda untuk menggunakannya. Bidik, jelajahi obyek dengan viewfinder dan temukan bagian yang bagus untuk difoto.
4. Latih mata anda.
Salah satu hal yang membuat seorang fotogafer bisa mendapatkan foto yang bagus adalah karena matanya jeli menangkap momen tersebut. Hal ini memerlukan latihan. Dengan seringnya kita berlatih mata kita akan semakin awas dan mampu membayangkan suatu obyek atau kejadian yang ada di depan mata kita 'dibingkai' di dalam frame foto. Jangan lupa juga untuk selalu mengamati hasil foto kita. Lakukan kritik pada diri kita sendiri, cari kekurangan dan kelebihan dari foto tersebut, dan pikirkan cara untuk mengatasi kesalahan tersebut. Kalau perlu diskusikanlah dengan orang lain. Dengan demikian di foto-foto berikutnya kesalahan yang ada tidak akan terjadi lagi.
5. Kenali kamera kita.
Ini merupakan sesuatu yang wajib. Dengan kita mengenali kamera kita seperti kita mengenali diri kita sendiri kita tidak akan melakukan kesalahan dalam pengoperasian kamera kita. Tentunya kita tidak ingin melewatkan satu momen penting hanya karena kita tidak tahu berapa lama yang dibutuhkan kamera kita untuk siap. Tidak perlu hafal semua fitur yang ada di kamera kita, tapi paling tidak kita tahu karakteristik dari kamera yang kita gunakan, apakah kamera kita termasuk kamera yang 'cepat', ataukah kamera kita bagus untuk memotret di studio, atau kamera kita bagus untuk memotret orang atau pemandangan, dan lain sebagainya.
6. Lakukan eksperimen pada hasil foto.
Saat ini sudah banyak software untuk mempercantik bahkan memanipulasi hasil foto. Bagaimana foto yang 'biasa saja' bisa menjadi luar biasa dengan program editing ini. Program paling terkenal adalah photoshop yang menjadi acuan bagi para photographer dewasa ini. Jangan takut untuk melakukan eksperimen, buatlah hasil foto yang luar biasa dengan program ini. Untuk itu tentu saja anda harus selalu membuat backup dari foto anda. Bekerjalah di file backup tersebut, dan simpanlah file aslinya. Dengan demikian anda selalu mempunyai file hasil jepretan anda untuk melakukan eksperimen lain.

Tekhnik Dasar Photography

Sudah kah anda melakukan pemahaman kamera DSLR dan tekhnik dasar Photography,? Jika belum silahkan baca terlebih dahulu .

Baik, setelah anda membaca nya, kita akan mulai untuk membahas tekhnik dasar fotografi untuk pemula. tekhnik tekhnik ini perlu di ketahui bagi anda yang ingin sekali menekuni dunia fotografi untuk hobi anda atau untuk pekerjaan anda.

1.Depth of Field a.k.a. DOF

Depth of field atau sering disingkat menjadi DOF merupakan salah satu teknik fotgrafi yang paling dasar. Setiap foto memiliki kedalaman ( depth ) yang terbagi atas foreground ( depan ) dan background ( belakang ). Fokus pada lensa kamera dapat dikendalikan atau diarahkan pada objek tertentu. Pengendalian Depth of Field berguna untuk membatasi fokus pada foto dan lebih memberi kesan hidup pada foto.
Contoh berikut menunjukan DOF pendek dengan fokus pada foreground:



2. Freeze 

Setelah memahami DOF yang berkaitan dengan aperture, kali ini akan dijelaskan tentang freeze, dimana sangat berkaitan erat dengan shutter speed. Foto freeze bertujuan untuk mengabadikan suatu moment dengan gerakan cepat sehingga dapat tertangkap oleh kamera sebagai gambar diam, seperti foto tetesan air, ledakan, atau foto ketika orang sedang melompat dan lain sebagainya. Yang paling utama dalam mendapatkan foto freeze adalah mengatur shutter speed secepat mungkin ( misal 1/500 detik, 1/1000 detik, hingga 1/8000 detik ). Karena tuntutan shutter speed yang cepat, maka tentunya cahaya yang dibutuhkan sangat banyak, maka dari itu biasanya foto freeze amatir lebih banyak dilakukan di ruang terbuka pada siang hari dimana cahaya matahari bersinar terang. Bukan tidak mungkin untuk memperoleh foto freeze pada malam hari atau cahaya yang minim, namun peralatan pendukung mutlak diperlukan seperti flash atau bahkan lampu studio dengan kecepatan singkronisasi yang tinggi pula.

Berikut contoh foto freeze:


3. Movement 

Bertentangan dengan foto freeze, foto movement bertujuan memperlihatkan pergerakan objek dengan shutter speed yang rendah, sehingga pergerakan objek dapat tampak pada hasil foto. Shutter speed yang digunakan cenderung rendah agar pergerakan objek dapat terekam ( misal 1/5 detik, 1 detik, dst ), namun yang patut diperhatikan adalah kamera harus tetap dalam posisi statis agar background daripada objek tetap fokus walaupun shutter speed lambat.

Berikut contoh foto movement:


4. Panning 

Mirip dengan metode foto movement, namun dalam foto panning gerakan objek lebih ditampilkan melalui background yang bergerak. Prinsip dasar foto panning sama dengan foto movement, hanya saja pada saat pemotretan, kamera ikut bergerak mengimbangi gerakan objek, sehingga objek tetap fokus namun background yang dihasilkan bergerak.

Contoh foto panning:

Cara foto panning:
Bidik sasaran bergerak ( pada umumnya mobil ), tekan tombol shutter 1/2 agar fokus mengunci objek, gerakan kamera mengikuti objek seketat mungkin agar objek tetap fokus, sekiranya dirasa gerakan kamera sudah mengimbangi gerakan objek, tekan tombol shutter penuh dengan kamera yang tetap bergerak mengikuti objek.

5. Bulb  

Foto bulb dapat diperoleh melalui mode manual dengan mengatur shutter speed pada setting paling lambat ( BULB ), dimana shutter akan terus terbuka selama tombol ditekan dan akan menutup kembali pada saat tombol dilepas. Yang patut diperhatikan pada foto bulb adalah posisi kamera yang mutlak harus statis, maka gunakanlah tripod untuk menghasilkan foto bulb.

Contoh foto bulb pada lalu lintas kota malam hari:


Contoh foto bulb dengan menggunakan senter atau sumber cahaya yang digerakkan:


Template by : kendhin x-template.blogspot.com